Sistem Monitor Panggung
Feedback mungkin
adalah masalah yang paling akrab dengan sistem monitor panggung. Walaupun di
panggung besar dan event internasional, masalah ini sudah bisa diatasi, tapi
dia tetap saja problem dasar bagi para sound engineer pemula.
Mendapatkan sound yang baik di
sistem monitor panggung, rasanya bukanlah hal yang terlalu sulit. Atau
melakukan setting hingga sistem itu bebas feedback, juga bukan hal yang
mustahil. Hanya saja untuk mendapatkan sistem monitor panggung yang ber-SPL
tinggi, dengan kualitas sound yang baik sekaligus bebas feedback, pastilah
bukan pekerjaan gampang. Karena ketiga point yang kita cari di sistem monitor
itu ternyata saling berlawanan. Mudah saja untuk mendapatkan sistem monitor
yang ber-SPL tinggi. Yang penting daya speakernya besar dan powernya mencukupi.
Maka bisalah dia digeber sampai hampir mencapai 100 dB. Tapi yang ber-SPL
sangat besar akan sangat beresiko terhadap feedback. Maka dimainkanlah
ekualiser untuk menangkal feedback itu. Sudah beres? Belum! Karena akibat dari
banyaknya frekuensi yang di-cut akan membuat kualitas audionya jadi menurun.
Inilah dilema pada sistem monitor panggung!
SUMBER FEEDBACK
Pasti semua sudah
tahu persis, dari mana datangnya feedback, yaitu
karena bunyi yang dikeluarkan speaker ditangkap kembali oleh mikrofon. Lalu
dikirimkan lagi ke speaker yang sama. Itulah feedback! Bagaimana menghindarinya
juga sepertinya sudah banyak yang mengetahuinya. Tempatkan speaker sejauh
mungkin dari mikrofon. Dan tempatkan mikrofon sedekat mungkin ke sumber bunyi.
Sudah beres? Masih belum! Karena kenyataan di lapangan ternyata tidak semudah
di atas kertas. Ada cukup banyak faktor yang sering menghalangi teori itu bisa
terlaksana dengan mulus. Misalnya ukuran panggung yang terlalu kecil, level
instrumen yang beredar di panggung sangat besar, atau gain mikrofon yang
terpaksa terlalu besar, karena lemahnya power suara penyanyi, dan sebagainya.
Tapi bagaimanapun juga, inilah live show! Dan disitulah seninya. Karena dia
adalah teka-teki yang harus ditemukan jawabannya. Untuk itulah, maka kita butuh
sound engineer yang layak dibayar mahal.
PROSEDUR
STANDAR
Untuk mengatasi
permasalahan feedback, sebaiknya kita meminimalkan resiko terjadinya feedback
itu sendiri. Ini memang prosedur standar. Tapi memang cara seperti inilah yang
paling mudah ditempuh, daripada memaksa meredam feedback melalui ekualiser
grafik 1/3 oktaf yang akhirnya di-setting tidak karuan. Pertama yang mesti
dilakukan adalah dengan mendapatkan posisi paling ideal bagi semua wedges yang
terdapat di panggung. Carilah tempat yang cukup jauh dari mikrofonnya, tapi
juga cukup jauh dari speaker atau sumber bunyi lainnya. Karena bila speaker
monitor ditempatkan di dekat kabinet gitar atau bass, maka bunyi dari wedges
itu akan saling berseteru dengan bunyi dari kabinet gitar atau bass tadi.
Sehingga bunyi dari wedges tidak akan terdengar cukup clear. Akan lebih mudah
menempatkan speaker monitor, bila panggungnya cukup luas. Tapi kalau memang
sudah tidak memungkinkan, cobalah menempatkannya di posisi paling ideal menurut
situasinya.
MIXER MONITOR
Hal lain yang
paling atau sangat membantu dalam mendapatkan kualitas monitor yang baik adalah
dengan menggunakan mixer monitor yang terpisah sama sekali dari mixer FOH.
Karena melalui mixer yang sama sekali terpisah, kita bisa mendapatkan struktur
gain yang paling sesuai untuk kebutuhan sistem monitor panggung. Karena seperti
yang kita ketahui, kebutuhan mixing bagi sistem speaker FOH kerap berbeda
dengan kebutuhan mixing sistem monitor. Untuk sistem utama (FOH), yang
dibutuhkan adalah sound yang paling baik dengan struktur gain yang paling
sempurna. Dan hal itu sangat mungkin untuk didapatkan, karena sistem speaker
utama sama sekali tidak bermasalah dengan feedback. Dengan catatan bila
penempatan speakernya memang sudah tepat. Sedangkan untuk sistem monitor,
feedback kerap menjadi masalah utama. Apalagi bila sistem monitor itu diminta
untuk ber-SPL besar. Kemudian mixing sistem monitor bagi tiap musisi di
panggung juga seringkali berbeda satu sama lain. Maka dari itu fleksibelitas
pangaturan struktur gain jadi begitu penting.
STRUKTUR GAIN
Struktur gain
adalah upaya untuk mendapatkan impedansi yang paling matching antara sinyal
dengan perangkat yang akan memprosesnya. Atau singkatnya, struktur gain adalah
gain yang paling baik untuk sebuah sinyal dapat diproses oleh sebuah sistem.
Pada mixing sistem monitor, fleksibelitas struktur gain pulalah yang membuat
kebanyakan sound engineer lebih mengutamakan fader daripada knob gain. Karena
knob gain bisa juga berarti knob pengatur kepekaan atau tingkat sensitivitas
mikrofon terhadap bunyi. Disini kita membicarakan mikrofon, karena feedback
hampir selalu berawal dari sini. Sehingga makin sensitif mikrofon itu, makin
besar kemungkinan terjadinya feedback. Sebab dia akan dengan mudah menangkap
bunyi yang ada di sekitarnya, termasuk dari speaker monitor itu sendiri. Untuk
menentukan seberapa besar kita harus menaikkan fader, sebenarnya masih terserah
kita. Yang penting tetaplah menyisakan headroom yang cukup, bila nanti
dibutuhkan SPL. Umumnya pada beberapa desain mixer, terdapat angka 0 dB pada
fadernya. Dan masih menyisakan beberapa dB lagi sampai puncak fader. Sehingga
bolehlah kita menempatkan seluruh fader pada posisi 0 dB itu.
SETTING
Ada berbagai cara
yang biasa diterapkan sound engineer bagi setting sistem monitornya. Kalau
memang panggungnya cukup besar, musisi yang tampil juga adalah yang sudah cukup
profesional dengan penyanyi yang memiliki teknik miking sempurna, maka
lakukanlah setting seperti pada umumnya, yaitu mendapatkan hot level bagi
chanel tersebut, kemudian menyesuaikan level keluarannya melalui fader
masing-masing chanel. Karena penyanyi yang memiliki jam terbang tinggi dan
berbekal teknik miking yang baik, dia akan menggenggam mikrofon dengan cara
yang tepat. Dia juga berupaya berdiri
sambil bernyanyi di posisi dimana tidak mudah terserang feedback. Dan penyanyi
seperti ini akan lebih mengutamakan struktur gain yang tepat demi mendapatkan
tone yang lebih baik. Tapi di dalam situasi yang sama sekali berbeda, bukan
tidak mungkin kita menomorduakan struktur gain pada sistem monitor. Hal itu
boleh-boleh saja terjadi demi mendapatkan level yang cenderung tepat dengan
meminimalkan resiko feedback. Ingatlah, ini pro audio! Dan belum ada standar
baku bagaimana seharusnya sebuah setting dilakukan. Jadi walaupun tone yang
didapat memang tidak sebaik ketika sinyal berada pada struktur gain yang benar,
namun selalu ada prioritas bagi masing-masing situasi. Dan setting yang
dilakukan adalah dengan menaikkan fader terlebih dahulu pada Unity Gain (0 dB),
kemudian memutar knob gain untuk menyesuaikan level dengan kepekaan mikrofon.
Jangan lupa sisakan juga sedikit headroom untuk menjaga bila saja di tengah
pertunjukan ternyata dibutuhkan level yang lebih besar.
BILA MASIH
FEEDBACK
Cobalah untuk
mengatasinya dengan melakukan pemotongan (cut) pada frekuensi yang feedback
saja. Untuk mengetahui frekuensi berapa yang feedback, maka kita membutuhkan
sebuah RTA (Real Time Analyzer). Melalui alat ini, kita akan diberitahu
frekuensi feedback yang terjadi. Jangan lupa juga bahwa feedback selalu terjadi
hanya pada satu frekuensi saja. Sehingga kita hanya perlu menurunkan sebuah
slider saja pada ekualiser grafik. Tidak perlu memaksa ekualiser grafik kita
jadi berbentuk smile! Jangan terlalu banyak memotong frekuensi feedback. Karena
ini akan berakibat frekuensi lain di sisi kanan-kiri slider grafik ekualiser
itu akan turut berpengaruh. Bila setting struktur gain, setting mixer
ekualisernya sudah benar, maka harusnya tidak akan terlalu banyak terjadi
feedback. Kalau ternyata feedback masih terjadi dimana-mana, cobalah untuk
menurunkan level sistem monitor itu. Kalau masih feedback juga, sepertinya kita
harus memulai proses setting dari prosedur awal. Bagaimana bila kita tidak
memiliki alat yang namanya RTA untuk mendeteksi frekuensi feedback itu? Kita
masih bisa memperkirakannya dengan feeling. Walaupun ini tidak mudah, tapi
bukan tidak mungkin dilakukan.
MENENTUKAN
FEEDBACK TANPA RTA
Simaklah feedback yang terjadi.
Lalu perkirakan di bilangan mana dia berada. Apakah Low, Low Mid, Hi Mid atau
Hi? Perhatikanlah ekualiser grafik. Tatap sejenak semua slider-nya. Bayangkan
keseluruhan slider itu terbagi atas 4 bagian, yaitu Low, Low Mid, Hi Mid, dan
Hi. Bila ekualiser grafiknya terdiri dari 31 slider, ini berarti untuk
masing-masing area (Low, Low Mid, Hi Mid, dan Hi) hanya akan terdapat sekitar 8
slider saja. Berarti sekarang, perkiraan area dimana feedback sudah semakin
kecil. Untuk awalnya, mungkin kita masih akan meraba-raba dengan menurunkan
satu per satu slider di area feedback itu. Dan latihan akan membuat sempurna!
Jam terbang kita nantinya akan membuat kita lebih mudah memperkirakan frekuensi
feedback itu. Dan kemungkinan salah perkiraan juga makin kecil. Feedback
bukanlah satu-satunya masalah dalam sistem monitor panggung. Masih ada masalah
lainnya, seperti kurang kerasnya SPL di sitem monitor. Tapi marilah kita bahas
di lain waktu saja.
postingan di atas adalah cara mengatur monitor panggung. Dalam penerapan Panggung Live bukan hanya soal mengatur monitor tapi kita juga perlu mengatur sistem audio yang ideal agar penerapan pada panggung live berjalan lancar
postingan di atas adalah cara mengatur monitor panggung. Dalam penerapan Panggung Live bukan hanya soal mengatur monitor tapi kita juga perlu mengatur sistem audio yang ideal agar penerapan pada panggung live berjalan lancar
0 komentar:
Post a Comment